Saya serius! Makan malam di Meatime Pasar Paramount Serpong di Tangerang harus siap standby jam 5 sore. Ya, warung steak ini ramenya bukan main! Kalau kamu datang jam 6 sore atau lebih malam lagi, bersiaplah mengantre lebih dari 1 jam. Padahal tempatnya sederhana banget, hanya tenda saja, bahkan atapnya jenis misbar alias gerimis bubar! Penasaran, apa sih yang dicari para pemuja steak ini? Pertama-tama, kamu harus belajar dulu caranya mengantre di sini. Di samping pintu masuk tenda, ada whiteboard berisi daftar nama. Tulis nama kamu di situ, lalu lihat: yang dicoret berarti sedang/sudah makan, dan yang dicontreng berarti sudah memesan. Kalau banyak nama belum dicoret, siaplah menunggu! Nanti, nama kamu akan dipanggil, lalu pesanan dicatat. Dipikir yang baik, karena tidak bisa diubah atau ditambah. Kemudian, bayar dulu. Baru makan! Pilihannya apa saja?
Ada tiga jenis daging yang ditawarkan: prime selection, american choice, dan meltique. Kalau dua yang pertama mengacu pada asal daging, yang terakhir pada jenisnya: meltique adalah daging yang di-infuse oleh minyak (biasanya minyak canola) sehingga empuk dan juicy rasanya. Dan harganya, di sini bersahabat bagai kepompong! Ribeye Prime 78k, Ribeye American Choice 165k, Meltique Tenderloin 88k. Sudah termasuk tumis buncis, kentang goreng, dan pilihan saus yang boleh nambah: ada black pepper, mushroom, bbq, bolognese, MeSpicy. Wow, menarik! Kami memesan sirloin dan ribeye Prime Selection, tingkat kematangan “medium” yang kalau kurang matang boleh dipanggang lagi, gratis! Minum dengan pilihan lemon tea atau ice tea, bandrolnya 5k dan 8k, boleh refill. Duh, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Apalagi, sambil menunggu, kami sudah kenyang menghirup asap aromatik dari grill yang sedari awal terus mengepul sibuk. “Kak Harry, sudah bisa masuk!” kata petugasnya. Mantap, it’s meatime!
“Warung” steak selalu punya sensasi tersendiri. Genre ini dipelopori tahun 1998, ketika krisis moneter menghantam hotel-hotel dan chef-nya mulai buka tenda untuk berjualan steak demi bertahan hidup. Inilah titik balik hidangan daging ini di Indonesia, dari gedung tinggi ke emperan jalan –tapi tetap enak! Dan di belakang grill selalu ada chef yang rebellious, penuh percaya diri, bersemangat menantang peradaban kuliner dunia dengan menghasilkan steak terbaik. Ya, itulah semangat Meatime!
Proses dan menu yang sederhana, membuat warung ini bisa memastikan ada budget untuk daging yang baik. Sirloin dan ribeye yang kami pesan hadir dengan kualitas baik, dan yang mengejutkan (untuk kelas tenda) adalah tingkat kematangannya yang medium –daging masih merah, namun mulai matang, sehingga rasanya juicy dan sedap. Untuk sirloin, ada tepian berlemak yang melelehkan aroma sedap dan tekstur lembut, membuat saya merem melek menikmatinya. Tidak pakai saus saja sudah enak, tapi silakan dicelup saus black pepper atau mushroom yang menyenangkan. Ribeye-nya malah lebih baik lagi menurut saya. Dengan kematangan medium yang ciamik, ribeye yang tekstur lemaknya tersebar rata dan tidak berurat, lebih cantik menebarkan aroma sedap dan tekstur yang lentik bak bulu mata antibadai. Bumbu daging basis rosemary menambah citarasa gurih ala hotel berbintang. Sedap!
Bagaimana dengan kentang goreng dan buncisnya? Buncis segar ditumis dengan baik, kentang goreng juga dieksekusi apik. Jadilah sepiring yang menyenangkan, apalagi dengan sesekali menyeruput lemon tea dingin yang asam segar. Waktu tunggu dan ruangan penuh asap, seolah terlupakan karena hidangan steak yang dieksekusi dengan baik, seimbang, harmonis. Setelah habis, jangan berlama-lama: yang ngantre masih banyak! Hmmm… yang namanya meatime emang nggak boleh lama-lama ya!